BOPM Wacana

Kehidupan Unik Ikan Badut di Balik Anemon Laut

Dark Mode | Moda Gelap
Ilustrasi. | Tio Hasianna Vincentia Hutahaean
Ilustrasi. | Tio Hasianna Vincentia Hutahaean

Oleh: Imelda Sari Manalu

Laut menyimpan banyak fakta menarik yang jarang kita ketahui. Salah satunya adalah tentang ikan badut (Amphiprioninae), si kecil yang populer sejak penayangan film animasi Finding Nemo. Tapi, tahukah kamu bahwa semua ikan badut lahir sebagai jantan? Mungkin hal ini terdengar sedikit aneh, tapi inilah cara alam menjaga keberlangsungan hidupnya.

Ikan badut adalah salah satu jenis ikan hias laut paling populer di dunia. Mereka biasanya hidup dalam kelompok kecil di antara anemon laut. Kita mengenalnya dari warna cerah dan pola garis khas di tubuhnya. Contohnya Amphiprion ocellaris, ikan badut oranye cerah dengan garis-garis putih yang mencolok. Ada juga yang berwarna coklat merah, merah tua, sampai merah muda atau pink.

Dalam satu kelompok ikan badut hanya ada satu betina dominan, satu jantan utama, dan beberapa jantan kecil yang lain. Jika betina mati, jantan terbesar dalam kelompok akan berubah menjadi betina. Sementara jantan terbesar kedua akan menjadi pasangan barunya.

Perubahan ini bersifat permanen, artinya ketika ikan badut jantan menjadi betina, ia tidak bisa kembali lagi menjadi jantan. Fenomena ini disebut sebagai protogynous hermaphroditism, yang memungkinkan ikan badut untuk menyesuaikan diri dan bertahan dalam berbagai kondisi.

Perilaku sosial dan hubungan simbiotik

Ikan badut punya struktur sosial yang ketat dalam kelompoknya. Dengan satu betina dominan dan satu jantan utama, ikan badut lain tetap berukuran kecil agar tidak menantang hierarki tersebut. Cara mereka berkomunikasi juga unik. Ikan badut mengeluarkan suara “klik” dan letupan kecil untuk berinteraksi. Suara ini menjadi tanda untuk mengatur aktivitas kelompok.

Selain memiliki kehidupan sosial yang unik, ikan badut juga dikenal karena hubungan simbiotiknya dengan anemon laut. Tak jarang kita mengira anemon laut (Actiniaria) sebagai tumbuhan, padahal sebenarnya hewan laut dari kelas Anthozoa. Bentuknya memang indah seperti bunga, tapi justru punya tentakel beracun yang bisa melumpuhkan mangsanya. Mereka pun termasuk sebagai salah satu hewan laut berbahaya.

Bagi ikan badut, anemon justru jadi rumah dan tempat berlindung dari para predator. Sebaliknya, anemon juga diuntungkan karena ikan badut menarik mangsa kecil untuknya. Lalu, bagaimana ikan badut bisa aman dari racun tersebut?

Para ilmuwan belum sepenuhnya mengetahui bagaimana ikan badut bisa bertahan dari racun anemon laut ini. Beberapa teori menyebutkan bahwa tubuh ikan badut dilapisi lendir khusus yang membuat racun tidak bereaksi.

Populasi dan ancaman 

Ikan badut bisa hidup antara tiga hingga enam tahun. Dalam sebulan, mereka bisa bertelur sampai tiga kali. Satu betina mampu menghasilkan 600 hingga 1.500 telur, tergantung ukurannya. Meski begitu, populasi mereka tetap terancam.

Menurut Saving Nemo Conservation Fund yang didirikan oleh da Silva, lebih dari satu juta ikan badut diambil dari laut untuk akuarium setiap tahun. Yang mana sekitar 400 ribu diantaranya dikirim ke Amerika Serikat. Sementara itu, data dari Yayasan Great Barrier Reef juga menunjukkan bahwa ikan badut menyumbang 43% dari perdagangan ikan hias laut global. Dan dari jumlah itu, 75% ditangkap dari alam liar, bukan hasil budidaya.

Reef Resilience Network melaporkan bahwa lebih dari 50% terumbu karang sudah rusak dalam tiga dekade terakhir. International Union for Conservation of Nature (IUCN) memang tidak memasukkan ikan badut ke spesies yang terancam punah. Tetapi penurunan populasi di beberapa wilayah tetap menajdi peringatan bagi kita.

Peran manusia dalam kelangsungan hidup ikan badut

Di Indonesia, upaya konservasi sudah dijalankan. Hal tersebut ditunjukkan dengan pembentukan Kawasan Perlindungan Laut (KPL). Terumbu karang dipindahkan ke lokasi baru. Praktik penangkapan ikan yang merugikan juga mulai dikurangi.

Ikan badut dan anemon laut hidup berdampingan, dengan saling melindungi dan saling memberi manfaat. Suatu hubungan yang saling menguntungkan, seperti seharusnya manusia dengan alam, bukan? Tetapi dengan laju kerusakan ekosistem laut seperti ini, sudah sepatutnya kita ikut bertanggung jawab menjaga kelestarian laut.

Kita bisa mulai dengan tidak membuang sampah plastik sembarangan ke laut, tidak membeli ikan hias hasil tangkapan liar, dan yang utama yaitu mendukung upaya konservasi laut itu sendiri. Tentunya, satu langkah kecil dari kita dapat memberi dampak besar bagi laut dan makhluk yang hidup di dalamnya. Termasuk ikan badut yang bergantung pada keseimbangan ekosistemnya.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4

AYO DUKUNG BOPM WACANA!

 

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan media yang dikelola secara mandiri oleh mahasiswa USU.
Mari dukung independensi Pers Mahasiswa dengan berdonasi melalui cara pindai/tekan kode QR di atas!

*Mulai dengan minimal Rp10 ribu, Kamu telah berkontribusi pada gerakan kemandirian Pers Mahasiswa.

*Sekilas tentang BOPM Wacana dapat Kamu lihat pada laman "Tentang Kami" di situs ini.

*Seluruh donasi akan dimanfaatkan guna menunjang kerja-kerja jurnalisme publik BOPM Wacana.

#PersMahasiswaBukanHumasKampus