Oleh: Dormaulina Sitanggang
USU, wacana.org – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatra Utara (Sumut) menyoroti pentingnya peranan jurnalis lingkungan dalam upaya konservasi satwa liar. Hal ini disampaikan oleh Herbert B. P. Aritonang, Kepala Seksi Wilayah II BBKSDA Sumut dalam agenda diskusi konservasi lingkungan dan satwa liar di Ruangan Teater FISIP USU, Senin (27/05).
Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Komunikasi Lingkungan (PUSDIKOMLING) Universitas Padjadjaran (Unpad) dan berkolaborasi dengan FISIP USU, Garda Animalia, dan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Sumut, Herbert mengatakan betapa pentingnya peran jurnalis dalam mendukung upaya konservasi satwa liar di Sumatra Utara. “Dukungan jurnalis di sini perlu dalam menyampaikan edukasi yang berimbang. Tidak hanya melihat dari akibatnya, tetapi juga melihat dari penyebabnya,” ujarnya.
Herbert juga mengatakan bahwa hilangnya apresiasi manusia terhadap satwa liar memicu ancaman bagi kehidupan satwa liar. Ancaman tersebut, yaitu degradasi habitat, fragmentasi habitat, ketidaksinkronan peraturan, perburuan liar, hilangnya satwa prey, penyakit seperti CDV, ASF, dan Covid, serta interaksi negatif antara manusia dengan satwa.
Sementara itu, Ali Rizqi Arasyi dari FAO ECTAD Indonesia menyampaikan terdapat tiga peran yang dapat diberikan jurnalis dalam upaya konservasi, yaitu membangun kesadaran masyarakat, melaporkan secara akurat, dan mendorong aksi untuk mendukung upaya konservasi. “Kalau kita hanya sekedar berita tanpa mendorong aksi atau ke arah kebijakan, itu tidak terlalu mendukung hal-hal dalam upaya konservasi,” ujarnya.