BOPM Wacana

Dapur Tabo Dai Na Gelar Workshop Etnokuliner “Bedah Arsik” pada JBAF

Dark Mode | Moda Gelap
Pendiri Dapur Tabo Dai Na, Kristina Samosir (kiri) dan moderator, Yocha Hutabarat (kanan), dalam Workshop Etnokuliner "Arsik: Simbol Kehidupan dan Budaya Batak" di Taman Budaya Sumut, Kamis (23/10/2025). | Wahyu Saleh Alfarisyi
Pendiri Dapur Tabo Dai Na, Kristina Samosir (kiri) dan moderator, Yocha Hutabarat (kanan), dalam Workshop Etnokuliner “Arsik: Simbol Kehidupan dan Budaya Batak” di Taman Budaya Sumut, Kamis (23/10/2025). | Wahyu Saleh Alfarisyi

Oleh: *Wahyu Saleh Alfarisyi

Medan, wacana.org – Dapur Tabo Dai Na menggelar workshop etnokuliner mengenai “Arsik: Simbol Kehidupan dan Budaya Batak” dalam penyelenggaraan Jong Batak’s Arts Festival (JBAF) ke-12. Kegiatan ini dilaksanakan di Taman Budaya Sumatera Utara (Sumut), Kamis (23/10/2025).

Yocha Hutabarat, selaku moderator,  menjabarkan tujuan workshop ini adalah untuk menggali lebih dalam kisah Arsik sebagai simbol kehidupan bagi masyarakat Batak, serta nilai-nilai budaya yang masih hidup dalam praktik kuliner masa kini. Kegiatan ini menghadirkan pendiri Dapur Tabo Dai Na, Kristina Samosir, sebagai pembicara.

Kristina memaparkan bahwa filosofi Arsik sebagai simbol kehidupan, terletak pada setiap bumbu yang masing-masing memiliki arti tersendiri. Ikan mas, melambangkan kesuburan dan keberlanjutan hidup. Andaliman menandakan ketegasan orang Batak, dan kunyit yang memberi warna emas adalah simbol kemakmuran.

Selain itu, rasa asam dari asam sihala dan rias melambangkan keseimbangan. “Semua bumbu yang dipakai ada makna tersendiri. Makanya selalu dipakai dalam Tudu-tudu sipanganon atau sering didengar Upah-upah,” jelasnya.

Ia juga menyoroti aspek sosial dari masakan ini. “Butuh ketelatenan, kesabaran, kelembutan dalam penyajiannya. Ditambah perlu kerja sama dalam pengolahannya, karena biasanya Arsik ini diolah beramai-ramai. Mesti dijaga kedamaian agar tak merusak tujuan dari penyajian Arsik, yakni doa,” ungkap Kristina.

Salah satu hadirin, Andy Gultom, menyampaikan bahwa workshop ini sangat menarik, karena membicarakan tentang dinamika makanan tradisional yang berkaitan dengan kebudayaan. “Nilai-nilai kebudayaannya, pesan-pesannya, dibahas dengan sangat baik. Acara seperti ini harus lebih sering diadakan agar dapat memperkenalkan makanan-makanan tradisional kita,” pungkasnya.

*Reporter adalah anggota magang BOPM Wacana 2025.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4

AYO DUKUNG BOPM WACANA!

 

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan media yang dikelola secara mandiri oleh mahasiswa USU.
Mari dukung independensi Pers Mahasiswa dengan berdonasi melalui cara pindai/tekan kode QR di atas!

*Mulai dengan minimal Rp10 ribu, Kamu telah berkontribusi pada gerakan kemandirian Pers Mahasiswa.

*Sekilas tentang BOPM Wacana dapat Kamu lihat pada laman "Tentang Kami" di situs ini.

*Seluruh donasi akan dimanfaatkan guna menunjang kerja-kerja jurnalisme publik BOPM Wacana.

#PersMahasiswaBukanHumasKampus