BOPM Wacana

Bukan Halusinasi

Dark Mode | Moda Gelap
Illustrasi: Novita Renta Kartika Sitohang

 

“Tidak aku tidak berhalusinasi, kuperingatkan sekali lagi aku tidak berhalusinasi. Mari ikuti aku kan ku bawa engkau menjelajahi duniaku.” 

Di ujung sana ada sebuah kastil yang sangat besar nan mewah. Kastil yang sudah ada sejak berpuluh puluh tahun yang di huni oleh keluarga Canavero. Kastil itu dipimpin oleh Raja Glenn Alanvainder Canavero dan Ratu Almora Jasmine. Setiap harinya warga kerajaan yang ada di kastil itu harus menjalankan segala tertib administrasi dan pemerintahan yang telah ditetapkan. 

Raja dan ratu memiliki seorang putri yang memiliki paras dan rupa yang sangat cantik. Mereka menamainya dengan Camila Ivory Canavero. Tidak hanya cantik, Putri Camila adalah orang yang sangat bijaksana, pintar, anggun, dan memiliki banyak kemampuan. Wajar banyak orang yang menyukainya begitu pun dengan orang tuanya yang sangat mencintai putrinya. 

Suatu ketika…



Kicauan burung burung di pagi hari serta sinar matahari yang menembus kaca jendela membuatku terbangun. Aku masih mengumpulkan nyawa untuk bergegas pergi ke kamar mandi. Tak lama dua pelayan masuk ke kamarku untuk mengantarkan gaun dan membantu merias diriku. Seperti itu lah aktivitasku setiap paginya. Gaun dan make-up yang sangat sempurna seperti namaku Camila.

Setelah selesai berias aku pun turun ke ruang makan untuk sarapan bersama raja dan ratu. Suasana di ruang makan sangat sunyi bahkan suara garpu dan pisau tidak terdengar sedikit pun. Setelah selesai sarapan raja pun memecahkan keheningan. “Putriku umurmu sudah beranjak dewasa, kamu harus memiliki pendamping yang bisa menjaga dan mencintaimu dengan tulus. Bersiaplah besok akan datang pangeran yang akan mempersuntingmu”.

Aku mencoba memahami perkataan raja. Dalam benakku terlintas apakah raja dan ratu sudah tidak mencintaiku lagi sehingga mereka menyuruhku untuk menikah dengan orang yang tak ku kenal? Lamunku terpecah karna suara ratu. “Tak apa, cinta akan datang seiring waktu berjalan”. 

Selama aku hidup di kastil ini raja dan ratu tidak pernah meminta apa pun kepadaku. Aku tau raja dan ratu sangat menyayangi dan mencintaiku. Bukan tak percaya dengan pilihan mereka namun ada sedikit kekhawatiran di lubuk hati ini.



Seminggu sudah persiapan acara pernikahan ini dipersiapkan. Tak ku sangka hari ini aku berdiri bersama pangeran di depan altar untuk mengucapkan janji suci di depan pendeta dan para bangsawan lainnya. Banyak rakyat yang bersorak sorai memberikan pujian kepada kami. “Mereka sangat serasi, putri sangat cantik dan pangeran sangat tampan. Semoga keluarga mereka diberikan keharmonisan sampai maut memisahkan”. Pipiku merona ketika mendengar kalimat itu. Hatiku riang gembira semoga doa yang mereka sampaikan terwujud nyata. 

Lima tahun berikutnya aku memiliki seorang putra yang gagah, tampan, dan bijaksana. Jika dipikirkan kehidupanku sangat bahagia bukan? Aku berparas cantik, memiliki kedua orang tua yang mencintaiku, suami yang menyayangiku, anak yang tampan dan bijaksana, dan rakyat yang selalu memberiku dukungan. “Betapa beruntungnya diriku,” ucapnya dengan nada riang gembira layaknya anak kecil.

Sepertinya gadis ini seumuran denganku. Dia berkulit putih, berambut pirang, berwajah oval, berhidung mancung jika digambarkan dia sama persis dengan putri kerajaan. Sungguh suasana yang tidak bisa tergambarkan saat berbicara dengannya. Disatu sisi aku sangat takut dengan perilakunya di satu sisi lagi aku merasa sedih setelah mendengar perkataannya. Kutenangkan jiwa dan pikirianku agar dia merasa tidak terganggu. 

Hampir satu jam aku berada di kamar yang kecil dan menjulang tinggi ini. Aku sangat gerah disini. Kuperhatikan sekeliling kamar tidak ada jendela dan barang apapun di kamar ini selain ranjang. Perhatianku kembali tertuju pada gadis itu. Dia berjalan ke sudut kamar, menundukkan kepalanya dan tak lama kemudian dia mulai menangis dan memberontak. Tak pikir panjang aku langsung keluar dari kamar ini takut jika gadis itu menyerangku. 

Sosok wanita dewasa berpakaian rapi dan berjas putih datang menghampiri kamar gadis itu. Ku perhatikan wanita itu, dia sedang menenangkan gadis itu. Tidak membutuhkan banyak waktu suasana kamar itu pun menjadi hening. Wanita itu pun mengajakku keluar dari ruangan intensif itu. 

“Wajahmu sangat pucat, apakah kamu baik-baik saja?” lamunanku terpecah karna ucapannya. Wanita itu tersenyum kepadaku. Aku pun semakin bingung. Kukatakan aku baik-baik saja padanya. “Kamu tau apa yang paling sakit didunia ini?” dia bertanya kembali kepadaku. Aku hanya menggelengkan kepalaku. 

Gadis yang kamu temui di ruang kamar intensif itu adalah pasien baru kami. “Pasien baru?” tanyaku pada wanita itu. Dia adalah anak pejabat kaya raya di kota ini. Namun karena penampilannya yang begitu menyeramkan membuat orang tidak percaya. Dari informasi yang kami dapatkan orang tuanya selalu bertengkar dihadapannya sejak dia berumur lima tahun. Tidak ada kasih sayang dan perhatian yang diberikan orang tuanya, yang ada gadis itu yang dibuat sebagai pelampiasan keegoisan kedua orangtuanya. Selama di bangku sekolah gadis itu pun selalu diolok-olok oleh temannya dan dua hari yang lalu kami mendengar orang tuanya bercerai. Banyak tekanan yang dialaminya sehingga kondisi kejiwaannya begitu buruk. Gadis itu tak lagi mampu untuk mengendalikan diri dan emosionalnya.

“Lalu mengapa gadis itu menceritakan hal kerajaan padaku?” tanyaku kembali kepada wanita itu. Seperti yang kita ketahui Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan perubahan perilaku yang bermakna. ODGJ sering mengalami penyakit jiwa seperti gangguan kecemasan, post-traumatic stress disorder, bipolar, depresi, dan skizofrenia.



Gadis itu menderita skizofrenia sehingga ia mengalami halusinasi berat. Gadis itu merasa mendengar, melihat, mencium, atau menyentuh sesuatu, padahal rangsangan tersebut tidak nyata. Gadis itu menciptakan dunianya sendiri yang penuh kebahagiaan layaknya seorang putri dalam dongeng di pikirannya. Maka wajar saja saat dia berbicara kepadamu dia akan bertingkah seperti anak-anak. 

Perlahan namun pasti air mata ini membasahi pipiku. Hatiku merasa sakit setelah mendengar perkataan wanita itu. Aku tidak bisa membayangkan jika aku yang berada di posisi gadis itu. Aku merasa bersalah karna tidak pernah bersyukur atas apa yang aku punya. Aku memang kekurangan finansial namun aku memiliki keluarga yang sangat menyayangiku gumamku dalam hati. 

“Kenapa menangis, apakah kamu baik-baik saja?” tanya wanita itu kepadaku.

“Ah aku tidak apa-apa dok, aku hanya merasa kasihan kepada gadis itu. Diumur yang masih muda seharusnya dia bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya di hidupnya. Namun apa boleh dikata semuanya sudah terjadi. Aku berharap dia segera sembuh.” 

“Gadis itu pasti akan sembuh jika kita lakukan penangganan yang intensif. Bantulah dalam doa”.

Sebanyak apa pun kekayaan yang kita miliki tidak akan pernah bisa membeli kenyamanan, perhatian, dan kasih sayang yang tulus. Kalimat ini memang terdengar sangat membosankan namun hari ini aku sendiri yang membuktikan bahwa kalimat itu memang benar adanya. Aku belajar menghargai hidup dan bersyukur lewat perjalanan hidup orang lain. Jika saja aku tidak mengunjungi tempat ini mungkin saja aku tidak akan pernah tahu bahwa masih ada orang yang lebih menderita dibanding diriku.

Komentar Facebook Anda

Novita Sitohang

Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USU Stambuk 2020. Saat ini Novita menjabat sebagai Koordinator Multimedia BOPM Wacana.

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4