Oleh: Mezbah Simanjuntak
Aku tak tahu apa yang kulakukan benar
Seorang teman pernah berkata
Dan, itu sempat membuatku berpikir kembali
Ia sedikit berbeda denganku dalam hal pola pikir
Walau bisa kujengkali isi kepalanya jauh di bawah standarku
Ia lebih memilih turun ke jalan guna menyuarakan ‘suaranya’
Aku lebih memilih berkutat dengan kertas dan tinta
Aku tak pernah keberatan jika ia berbuat begitu
Namun, suatu hari ia bertanya, untuk apa kau melakukan itu?
Kaum muda sudah seharusnya berjuang dengan cara berpanas-panasan ria
Suara habis efek samping teriak-teriak di toa dan baginya itulah hal yang benar
Bagiku menulis adalah perjuangan terakhir kala semua perjuangan telah dibungkam
Namun ia mempertanyakan tulisan seperti apa yang bisa mengubah pola pikir
Ia terus menerus menekanku, meminta contoh tulisan yang bisa memengaruhi orang lain supaya berjuang
Ia melihat bahwa menulis ibarat payudara kendor, sama sekali tidak menarik
Aku tertawa dalam hati, dari mana ia mendapatkan ilmu tentang yang ia perjuangkan
Tentang hal-hal yang sangat bertentangan dengan idealismenya
Tentang bagaimana pendahulu yang jauh sebelum dirinya juga melakukan perjuangan seperti yang ia lakukan
Bisa kupastikan kalau ia terdorong dengan buku-buku yang ia baca
Dan ia lupa, bahwa buku ada karena seseorang terus berusaha menulis
Menulis dalam secarik kertas setiap momen dalam hidup
Agar semua orang yang berbeda zaman tetap mengetahuinya dan tetap abadi