BOPM Wacana

Amarah Kebencian

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh: Yulien Lovenny Ester G

 

Panglima besar itu membawa samurai ditangannya

Matanya merah berkobar amarah

Gigi geliginya mengeletuk

Seuntai senyum sinis terlukis dibibirnya

Ia murka

 

Permaisuri meringkuk di bawah pahatan meja tua

Berlindung dari kobaran marah panglima

Dielusnya kandungan dalam rahimnya

Dengan tangan biru gemetar

 

Dia bukan darah dagingku ucap panglima lantang

Terkutuklah ia jahanam

Sorotnya tajam pada perut besar itu

Ditebasnya samurai ketengah pahatan meja tua

 

Panglima bertemu permaisuri

Di singgasana jari mereka tertaut

Sebongkah ruby biru sebagai tanda

Mata berbinar penuh sayang

 

Panglima pergi berperang

Permaisuri meringkuk dalam kesepian

Pilu hatinya dengar kabar duka

Panglima kalah berperang, mati dalam keabadian

 

Permaisuri sembuh dari luka

Pangeran datang tuk sembuhkan

Jari mereka bertaut

Bulir kasih merekah diantara keduanya

 

Kebahagian menyelimuti

Permaisuri mengandung si buah hati

Si jabang bayi mulai dielu-elukan

Tawa riang terdengar dari keduanya

 

Keceriaan tak berlangsung lama

Kabar tak enak itu kembali menyerbu

Dia yang mati bangkit lagi

Bukan drama tapi realita

 

Amarah kebencian melawan tulusnya kasih sayang

Tebasan samurai memenggal napas permainsuri

Si jabang bayi mati tak mampu bertahan

Permaisuri mati dalam keabadiaan

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4