
WARTAWACANA – Tim East2West Universitas Sumatera Utara (USU) melakukan penelitian mengenai strategi adaptasi mahasiswa penerima beasiswa afirmasi asal Papua, yang berkuliah di beberapa perguruan tinggi Sumatra Utara (Sumut). Kegiatan ini dilaksanakan di dua universitas, yaitu USU dan Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Selly Simanjuntak, selaku Ketua Tim East2West, pada Selasa (23/9/2025), mengatakan bahwa penelitian dilakukan untuk memahami tantangan yang dihadapi mahasiswa asal Papua, dalam beradaptasi di lingkungan kampus yang memiliki perbedaan sosial dan budaya. “Perbedaan seperti bahasa, cara berkomunikasi, hingga kebiasaan sehari-hari menjadi hambatan utama bagi mahasiswa afirmasi untuk menyesuaikan diri,” ujarnya.
Tim East2West merupakan tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Sosial Humaniora (RSH) USU yang beranggotakan Astriwati Sitanggang, Fatatun Pasha, Windy Lastri Manurung, dengan Selly Simanjuntak sebagai Ketua Tim. Penelitian tersebut didampingi oleh Dosen Fakultas Psikologi, Suri Mutia Siregar, M.Psi.
Penelitian dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD) dan pemberian kuesioner kepada mahasiswa Papua penerima beasiswa afirmasi. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa sebagian mahasiswa masih menghadapi kendala. Seperti adanya perbedaan logat, pengalaman diskriminasi, dan juga minimnya dukungan sosial dari lingkungan kampus.
Meskipun demikian, dukungan dari sesama mahasiswa Papua yang berada di Sumut, menjadi faktor utama yang membantu mereka menyesuaikan diri dan tetap memiliki semangat dalam menjalani perkuliahan.

Selly menambahkan, hasil penelitian yang dilakukan tidak hanya berfokus pada permasalahan, tetapi juga memberikan rekomendasi strategis bagi perguruan tinggi penerima mahasiswa afirmasi. Salah satunya, program matrikulasi khusus bagi mahasiswa baru asal Papua. Berguna untuk mengenalkan budaya akademik dan sosial kampus sejak awal masuk kuliah.
“Kami juga merekomendasikan agar dosen pembimbing akademik yang ditunjuk lebih aktif dalam memberikan motivasi dan dukungan sosial. Dengan begitu, mahasiswa afirmasi tidak hanya merasa diterima secara administratif, tetapi juga secara sosial dan emosional,” ujar Selly.
Melalui penelitian ini, Selly berharap universitas di Sumut dapat membangun lingkungan belajar yang lebih suportif dan ramah bagi seluruh mahasiswa penerima beasiswa afirmasi asal Papua. “Semoga rekomendasi yang kami berikan membantu penerima beasiswa afirmasi Papua, dapat berkembang secara optimal dalam aspek akademik maupun sosial,” harapnya.
***
Tulisan ini merupakan publikasi kegiatan tim East2West USU dalam program PKM-RSH 2025 dengan Dosen Pendamping: Suri Mutia Siregar, M.Psi.



