
Oleh: Sepania Margareta Hutabarat
Judul |
Sore: Istri dari Masa Depan |
Sutradara |
Yandy Laurens |
Pemeran |
Sheila Dara Aisha, Dion Wiyoko, Goran Bogdan, Livio Badurina Lara Nekić, Mathias Muchus, Maya Hasan |
Durasi |
119 menit |
Rilis |
10 Juli 2025 |
Genre |
Romansa Fantasi, Drama |
Tersedia di |
Cinema XXI, CGV, Cinepolis |
“Ada tiga hal yang tidak bisa dibatalkan waktu: masa lalu, rasa sakit, dan kematian”
Sore: Istri dari Masa Depan, belakangan sedang menerima banyak sorotan dari khalayak ramai. Cuplikan-cuplikan film ini banyak bertebar di sosial media dan sebagian besar menuai respon positif. Hal ini tak mengherankan, lantaran film ini menyajikan narasi tentang kisah cinta lintas waktu dan kehilangan antara Jonathan dan Sore.
Berkisah tentang lelaki bernama Jonathan, seorang fotografer yang tinggal di Kroasia. Ia menjalani hidup semaunya, jauh dari kata sehat. Hidupnya mendadak berubah, ketika seorang perempuan misterius bernama Sore, mengaku sebagai istrinya dari masa depan. Sore memiliki niatan membantu Jonathan terlepas dari belenggu kebiasaan yang merusak dirinya, yaitu alkohol, rokok, serta gaya hidup tanpa arah.
Namun, di balik senyum dan kehangatannya, Sore menyimpan luka yang cukup mendalam. Kedatangan Sore ke masa lalu ternyata untuk mencegah kematian suaminya, Jonathan di masa depan. Ssepanjang film, kita akan mengikuti bagaimana Sore yang selalu mengingatkan Jonathan untuk mengubah gaya hidupnya.
Sayangnya, Jonathan selalu menemukan alasan untuk kembali ke gaya hidup yang buruk. Lama-kelamaan Sore sampai pada titik lelah dan akhirnya mengungkap masa depan Jonathan. Hal ini berakhir membuat Sore mengulang kembali pertemuannya dengan Jonathan. Kejadian ini kemudian terus kembali terulang.
Memaknai waktu, takdir, dan kehilangan

Lewat kisah Jonathaan dan Sore, kita dibawa untuk merenungkan kembali makna dari waktu. Bahwa waktu itu sangat berharga dan tidak boleh disia-siakan. Film ini menjadi pengingat bahwa tiap detik dalam kehidupan adalah kesempatan untuk membentuk masa depan yang lebih baik.
Begitu pula kaitannya dengan takdir dan kehilangan. Karakter Sore menyadarkan kita bahwa takdir adalah hal yang di luar kendali manusia. Sore yang mengalami duka akibat ditinggal secara mendadak oleh suaminya, menemukan cara ke masa lalu untuk mengubah takdir. Tetapi pada akhirnya, Jonathan, lagi dan lagi kembali ke pola hidup yang tidak sehat dan Sore harus terus kembali mengulang pertemuannya dengan Jonathan.
Sedangkan untuk karakter Jonathan, kita dapat memahami bahwa tidak semua hal bisa diubah bahkan oleh sentuhan cinta sekalipun. Jadi takdir tak akan bisa dihindari, sekeras apapun usaha yang dilakukan mencegahnya, yang harus dilakukan adalah menerima dan berdamai dengan duka.
Selain itu, film ini menyajikan visual yang memanjakan mata. Sinematografi yang memukau menjadi nilai plus dalam menyampaikan emosi dan suasan dari film. Lanskap indah Eropa, seperti kota tua Grožnjan di Kroasia, aurora dan suasana senja di langit, serta salju mampu memikat penonton dan memperkaya estetetika dari film.
Sebagian orang mungkin merasa film ini tidak logis, terutama pada konsep time traveller-nya. Sore: Istri dari Masa Depan bukan menekankan pada logika, tapi lebih kepada pesan yang disampaikan. Penonton sedikit-banyak juga akan merasa frustasi, karena seringnya Sore kembali mengulang waktu.
Tapi itulah esensi dari film ini, kita dibuat dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Sore. Akhir film terkesan disajikan secara terbuka (open-ending). Kita kembali dibuat bertanya-tanya, apakah akhirnya Sore dan Jonathan berakhir bahagia atau tidak.
Sore: Istri dari Masa Depan adalah film yang mengajak kita untuk merenung kembali akan makna waktu dan cinta. Bahwa takdir tak selalu bisa diubah, tapi cara kita menjalaninya bisa membuat segalanya terasa lebih berarti. Sore mengajarkan kita bahwa waktu yang kita miliki merupakan hadiah, dan cinta merupakan proses menerima.