BOPM Wacana

Petty S Fatimah: Cara Masyarakat Konsumsi Media Sudah Berubah

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh Hadissa Primanda

Petty S Fatimah saat memberikan materi dalam DJTL Setepak Sirih di Riau, Selasa (27/8).| Hadissa Primanda
Petty S Fatimah saat memberikan materi dalam DJTL Setepak Sirih di Riau, Selasa (27/8).| Hadissa Primand

Riau, wacana.org/arsip  Kecanggihan teknologi dewasa ini turut memengaruhi cara masyarakat dalam mengkonsumsi sebuah media. Jika beberapa tahun lalu orang sudah cukup puas membaca sebuah harian setiap hari, maka pola tersebut tidak berlaku lagi sekarang. Masyarakat hanya akan membaca informasi yang ia butuhkan, dan mencarinya di mana pun dan kapan pun. Hal ini diungkapkan oleh Petty S Fatimah, Pemimpin Redaksi dan Pemimpin Komunitas Femina dalam Diklat Jurnalistik Tingkat Lanjut (DJTL) Tepak Sirih di Siak, Riau, Selasa (27/8) lalu.

Petty mengatakan, saat seseorang membaca sebuah harian, ia hanya akan membaca berita yang menurutnya penting dan mengabaikan berita yang lain. Tantangan inilah yang dijawab internet, di mana pembaca bisa mengakses hanya berita-berita yang ingin dia ketahui.

Petty menjelaskan, inilah yang disebut dengan istilah new media, yaitu semua media yang bisa diakses langsung ke kontennya kapan pun, di mana pun, dan melalui perangkat digital mana pun. New media juga menyebabkan informasi yang disampaikan tidak hanya diakses di media cetak, namun juga melalui website yang kemudian bisa disebarluaskan melalui media sosial.  “Keinginan membuka info dari internet udahseperti makan dan minum,” ungkapnya.

Meskipun demikian, Petty menambahkan sesungguhnya tidak ada persaingan antar media tradisional seperti koran dan majalah dengannew media. Media harus mampu melakukan konvergensi media, yaitu mensinergikan konten yang ada di tradisional media dengan kekuatan dinew media.

Rahmi Carolina, salah satu peserta dari Universitas Islam Riau sepakat dengan hal ini. Menurutnya, peralihan media tradisional ke era digital adalah sesuatu yang positif untuk dilakukan karena mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, penggunaan internet sebagai tempat penyebarluasan informasi akan meminimalisir penggunaan kertas sehingga lebih ramah lingkungan.

Namun, menurutnya untuk media seperti pers kampus, hal ini masih sulit dilakukan. “Karena biasanya mahasiswa lebih suka yang ada wujudnya daripada buka online,” ujarnya. 

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4

AYO DUKUNG BOPM WACANA!

 

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan media yang dikelola secara mandiri oleh mahasiswa USU.
Mari dukung independensi Pers Mahasiswa dengan berdonasi melalui cara pindai/tekan kode QR di atas!

*Mulai dengan minimal Rp10 ribu, Kamu telah berkontribusi pada gerakan kemandirian Pers Mahasiswa.

*Sekilas tentang BOPM Wacana dapat Kamu lihat pada laman "Tentang Kami" di situs ini.

*Seluruh donasi akan dimanfaatkan guna menunjang kerja-kerja jurnalisme publik BOPM Wacana.

#PersMahasiswaBukanHumasKampus