![](http://wacana.org/arsip/wp-content/uploads/2019/03/PSX_20190308_212316.jpg)
Oleh: Rimma Itasari Nababan
Lis
Lihatlah hujan menangis
Dengar daun-daun juga meringis
Akar-akar tak lagi berselimut tanah
Biji-bijian enggan berkecambah
Aku melihatnya dari atas rotan tua
Eh Lis lihat tanah itu bergerak
Bersatu bersama air
Merangkak
Berlari dan menerjang
Jatuh, rumah Paris terkubur Lis
Eh Lis lihat tanah itu bergerak
Bersatu bersama air
Berserak
Runtuh, tembok pabrik Kalis
Pabrik bising itu terkubur Lis
Eh Lis tanah itu terus bergerak
Menerjang
Tak peduli manusia atau binatang
Bangunan atau kandang
Tanah itu mengubur semuanya
Eh Lis tanah itu terus bergerak
Dia melirikku penuh nafsu
Sementara uban tipisku basah
Aku berdiri dan berjingrak
Tidak ada lagi hutan
Tidak ada lagi desa dan kota
Tempatku berlari
Semua tentang tanah coklat
Aku gagal jadi aktivis
Lis
Tanah bergerak itu mengejarku
Menuntut pembalasan
Dia menubruk
Aku terjatuh di samping pusaramu
Lis, tanah itu terus bergerak