Oleh: Vanisof kristin Manalu
Setelah sekian lama jadi isu hangat di antara mahasiswa akhirnya Surat Keputusan Rektor USU No: 1019/UN5.1.12/SPB/2017 mengenai semester antara dikeluarkan pada 2 Mei 2017. Ada delapan poin persyaratan yang diberikan oleh rektorat. Salah satu yang paling disoroti oleh mahasiswa adalah poin tujuh, yaitu mahasiswa dibebankan sumbangan pembinaan pendidikan sebesar Rp400.000,- per sistem kredit semester (SKS) per mahasiswa.
Tak sedikit mahasiswa yang mempertanyakan kebijakan ini karena merasa sosialisasi tak dilakukan dengan baik oleh masing-masing program studi. Kepada SUARA USU, Bisru Hafi, Kepala Bagian Humas USU berharap dengan dikeluarkannya kebijakan ini mahasiswa dapat segera menyelesaikan kuliahnya sebelum di-drop out. Banyak prokontra mengenai hal ini. Berikut beberapa tanggapan mahasiswa USU mengenai kebijakan ini.
Todi Manurung — Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Ilmu Kesejahteraan Sosial 2014
Menurut saya kebijakan ini tidak efekif. Saya pertanyakan untuk siapa dan dari kalangan mana semester pendek ini? Kalau ada orang ikut, secara tidak langsung setuju. Sementara, di USU ini kebanyakan mahasiswa dari kalangan menengah ke bawah. Mahasiswa nantinya bisa saja tidak mengikuti perkuliahan karena nilai jelek bisa diperbaiki di semester antara. Dengan adanya semester antara ini orientasi mahasiswa bukan lagi mencari ilmu sebagaimana yang telah dijelaskan di Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Saya pikir kalau ini disebut sebagai solusi untuk mempercepat tamat mahasiswa sangat salah karena biayanya juga mahal sekali. Saya mau-mau saja mendaftar karena tuntutan harus cepat selesai kuliah karena ada yang mau dikejar. Tapi kuota mahasiswanya sedikit untuk membuka kelas.
Morigia Simanjuntak — Fakultas Teknologi dan Informasi Ilmu Komputer 2013
Menurut saya kebijakan semester antara yang dikeluarkan oleh rektorat ada baiknya. Artinya indeks prestasi kumulatif kita yang jelek bisa diperbaiki tanpa harus mengulang di semester selanjutnya. Cuma biayanya sangat mahal sekali. Terlalu berat kalau kita harus bayar Rp400.000,- per SKS padahal kita sudah bayar uang kuliah tunggal. Walaupun biaya tersebut untuk tenaga dosen yang harus buat modul baru dan sebagai pengajar, tapi tetap saja terlalu mahal. Saya dan kawan-kawan tidak tertarik untuk daftar karena biayanya mahal.
Naomi Manalu — Fakultas Kesehatan Masyarakat 2014
Awal kali dengar semester antara ini sih pengen ikut. Mau perbaiki nilai yang sedikit mengecewakan. Pun dengar-dengar jadwal kuliahnya memanfaatkan hari libur, jadi tidak menggangu dari segi waktu dan sekalian memperdalam materi kuliah. Tapi karena biayanya sangat mahal, keinginan itu pun enggak ada lagi. Mungkin untuk orang yang punya banyak duit tidak masalah tapi yang tidak punya duit kebijakan ini jadi masalah.
Tio Bella Audina Sitorus — Fakultas Pertanian/Agribisnis 2013
Menurut saya kebijakan ini dibuat sebagai solusi untuk mahasiswa yang ingin cepat tamat kuliah. Tapi saya rasa biaya yang dibebankan kepada mahasiswa sangat mahal. Bila nantinya kebijakan ini diterapkan untuk seterusnya, biaya bisa dikurangi. Kalau alasannya juga untuk membantu mahasiswa yang terancam drop out (DO) agar bisa menghabiskan mata kuliah yang ingin diperbaiki ya. Memang mahasiswa yang mau DO itu anak orang kaya semua? Kan enggak. Dari segi waktu kuliah, sebagian mahasiswa ada yang bisa cepat tangkap ada yang lama. Ya, mungkin mahasiswa yang mengikuti ini bisa lebih serius belajarnya karena biayanya nggak murah.
Alfi Rahmat Faisal — Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Ilmu Komunikasi 2013
Menurut saya semester antara emang baik untuk membantu mahasiswa memperbaiki nilai. Tapi masalahnya sistem antara ini masih kurang sosialisasi ke mahasiswa. Terus dengan durasi yang singkat, apakah efektif untuk mahasiswa dapat menerima pelajaran? Selain itu sistem semester antara ini malah berisiko terhadap mahasiswa yang tidak bertanggung jawab terhadap mata kuliah reguler. Sebab jika nilai mereka buruk dapat dengan mudah diperbaiki di semester antara. Harapannya rektorat lebih gencar untuk melakukan sosialisasi agar mahasiswa paham kenapa sistem semester antara ini diberlakukan untuk mahasiswa dan mahasiswa tidak salah persepsi.
Nampati Kita Surbakti — Fakultas Ilmu Budaya/Diploma III Ilmu Perpustakaan 2013
Menurut saya kebijakan ini baik karena bisa membantu mahasiswa yang ingin cepat tamat kuliah. Saya pikir biaya yang ditetapkan sama pihak rektorat wajar. Ibarat nilai yang jelek itu adalah kesalahan kita, ya konsekuensinya harus bayar mahal. Kalau datang saja mahasiswa kuliah pasti nggak akan jelek nilainya.