Oleh: Nurhanifah
Tak ada papan nama sekolah, hanya gedung biasa
Bercat merah, dibangun atas kebutuhan bersama
Hanya satu guru, tamatan sekolah dasar
Tak bergaji, mengajar karena cinta
Hanya gedung dengan satu pintu
Satu papan tulis dengan sebutir kapur, tanpa pigura presiden dan wakilnya
Hanya dua belas anak dengan kaki telanjang tanpa sepatu
Satu guru mengajar enam kelas, dari pagi hingga petang tanpa wakilnya
Tak ada seragam, cukup baju biasa
Beberapa bagian nampak berlubang, belum sempat ditambal
Semangatnya begitu terasa
Beberapa ingin jadi guru, untuk hilangkan sebutan anak nakal
Sudah siang, beberapa baru datang
Mangambil posisi pada bangku yang masih kosong
Baru selesai membantu orang tua di ladang
Tak lelah mengisi diri dengan ilmu untuk ruang-ruang kosong