Oleh: Rosinda Simanullang
USU, Wacana.org – Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) USU laporkan statistik kasus kekerasan seksual yang terjadi di USU sejak Oktober 2022 hingga November 2023. Hal ini dikonfirmasikan oleh Sekretaris Satgas PPKS USU Restu Pratama, Senin (08/01).
Terdapat sembilan kasus yang diterima dengan rincian enam kasus selesai dan tiga kasus dalam penanganan. Demografis pelaku yang didominasi oleh mahasiswa USU berjumlah lima orang, oknum dosen tiga orang, dan mahasiswa non-USU satu orang. Restu menambahkan bahwa kasus yang diterima dominan kekerasan seksual secara verbal dan sebagian kecil kekerasan seksual secara fisik, “Satu dilaporkan oleh pihak prodi, satu dilaporkan orangtua melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH), dan sisanya korban sendiri,” ujarnya.
Restu memberikan pandangannya mengenai jumlah pelapor yang masih terbilang minim tersebut. Ia menilai bahwa masih banyak rape culture yang menganggap bahwa kekerasan seksual secara verbal seperti catcalling merupakan hal yang biasa, padahal memiliki dampak yang besar bagi korban. Dengan itu secara gamblang, beliau menyebutkan bahwa kedepannya Satgas PPKS USU akan fokus melakukan sosialisasi ke tiap Fakultas secara bergantian, “Dengan mengangkat salah satu materi rape culture tersebut,” ujarnya.
Dengan adanya Satgas PPKS dan sosialisasi secara terus menerus, Restu berharap agar kedepannya civitas akademika sadar tentang batasan-batasan yang bisa terkena sanksi dan lebih peduli tentang apa saja yang berkaitan dengan kekerasan seksual. Ia menambahkan agar para korban-korban yang belum melapor bisa merasa aman dengan beberapa tindakan dari Satgas PPKS dan dapat memutus rantai kekerasan seksual khususnya di lingkungan USU.
Menanggapi hal ini, Febri Saragih Mahasiswa Sastra Indonesia stambuk 2021 memberikan sarannya kepada Satgas PPKS USU, yang sebagai garda terdepan dalam penanganan kasus kekerasan seksual agar lebih gencar dan giat dalam melakukan sosialisasi. Ia menyampaikan keyakinannya bahwa kekerasan seksual yang terjadi di USU jauh lebih banyak dibanding yang terlapor. “Karna saya dengar-dengar masih banyak yang belum tahu keberadaan Satgas ini,” tuturnya.