Oleh: Samuel R Sihaloho
Ketika itu seorang anak manusia mencari hikmat
Hikmat yang tidak menipu
Dia menemui sang guru hikmat
Membaca bukunya bahkan kitab sucinya
Tidak ada hikmat yang dicari ditemukannya
Semua hanya cerita-cerita fiksi
Dia bertanya kepada sang guru
Adakah pemisah antara yang nyata dan ilusi
Sang guru hikmat memberinya buku
Anak manusia itu ragu
Jangan-jangan buku itu hanya kumpulan lagu-lagu
Dengan ragu dia membacanya
Nyanyian Orang-orang gelisah
Tidak ada batas antara yang nyata dan yang ilusi
Hanya ada sebuah kaca tipis yang mudah pecah jika disentuh
Di dunia nyata orang-orang bijak berkata-kata dalam kebenaran
Di dunia ilusi orang-orang semakin bijak, semakin suci, semakin hebat, semakin benar, semakin…
Hanya karena rajin berkata-kata
Tidak ada batas antara yang benar dan salah
Hanya ada sebuah kertas tipis yang diterbangkan tiupan angin siulanmu
Orang yang benar dibungkam
Kritikan orang benar kena pasal penghinaan
Orang yang salah adalah orang-orang yang tak mau diam
Orang yang hina karena tak mau ikut diam makan uang haram
Tidak ada batas antara tua dan muda
Hanya ada dedaunan yang mengering oleh ego yang tinggi
Orang yang tua bersumpah serapah, menebar kata-kata kebencian
Orang yang muda sibuk mencaci di sosial media, berdebat hebat sampai berurat
Di dunia nyata mereka hanya anak manis yang diam sambil makan molen arab
Orang-orang gampang emosi dan memaki
Tidak peduli akan rasa toleransi
Usia Tua hanya umur yang semakin bertambah tanpa perubahan apa-apa
Toh juga akan mati
Nyanyian orang-orang yang gelisah
Nyanyian dari dalam jiwa
Yang menggema karena rasa tak terima
Kebenaran adalah kebodohan yang viral