Oleh: Amanda Hidayat
Kau tulislah pikiranmu, kawan
Tapi, kau bacalah dulu pikiran orang lain yang sudah jadi tulisan
Agar, pikiran yang kau tuliskan enak dibaca, kawan
Kalau sudah, barulah kau tulis yang kau pikirkan
Jangan kau tanya, kenapa harus kita tuliskan pikiran kita
Suara kita tak lagi didengar, kawan
Triak-triak di jalan sekarang tak lagi didengar
Terlepas isi yang kau sampaikan berkualitas atau tidak
Toh, suaramu tak abadi, kawan
Beda dengan tulisan
Kau tulislah pikiranmu, kawan
Jangan lagi merong-rong di jalan-jalan
Suaramu kau keluarkan, lalu terbang ke awang-awang
Teman-teman aksimu, tertawa-tawa di barisan
Kau tulislah sekarang, cepat sekarang
Bilang sama kawan-kawanmu, yang dulu saat kau bicara mereka tertawa-tawa
“Terima kasih kalian, barisan para pecundang. Orang bicara tak kalian dengarkan, padahal kalian sendiri yang mengadakan”
Bilang lagi
“Terima kasih kalian, barisan anak bawang. Orang bicara kau tertawa-tawa saja, padahal kalian ingin aksi kalian didengar”
Mulailah kau tuliskan. Sekarang!