
Oleh: Muhammad Rifqy Ramadhan Lubis
USU, wacana.org – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatra Utara (USU) hibahkan satu unit mesin bubut pembuat gendang Pakpong Melayu kepada kelompok pengrajin Rentak Serdang. Penyerahan ini termasuk dalam program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Tematik di Desa Binjai Bakung, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sabtu (2/8/2025).
Dengan tajuk “Peningkatan Mutu dan Pemasaran Produksi Instrumen Etnis Melayu melalui Modernisasi Peralatan dan Pemberdayaan Pengrajin Gendang Pakpong Rentak Serdang”, kegiatan ini diinisiasi oleh tim FIB USU yang diketuai oleh Wakil Dekan I FIB, Mauly Purba.
Mauly berharap, hibah alat tersebut dapat meningkatkan efisiensi produksi dan mutu gendang Pakpong, sehingga mampu bersaing secara ekonomi. “Dengan alat modern ini, produksi bisa lebih cepat dan kualitasnya lebih terjaga. Harapannya, pengrajin juga bisa menjangkau pasar yang lebih luas,” ujarnya saat penyerahan.
Program ini pun turut didukung oleh berbagai pihak, termasuk Perwakilan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II Sumatra Utara, Ketua Sanggar Hangtuah Deli Serdang, Perwakilan Ikatan Sarjana Melayu Indonesia (ISMI), Kepala Desa Binjai Bakung, tokoh pemuda Melayu Pantai Cermin, perwakilan Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN). Serta tokoh-tokoh penting lainnya seperti perwakilan Kesultanan Serdang dan praktisi dan akademisi budaya Melayu.
Dalam sesi pemaparan materi, Dekan FIB USU, Tengku Thyrhaya Zein, menjelaskan bahwa filosofi gendang Melayu sebagai cerminan jati diri yang kompleks dan dinamis. “Kaitan antara artefak budaya, dalam hal ini gendang Melayu, dan jati diri suatu etnis tidak bisa dipandang sebelah mata,” ujarnya.
Perwakilan ISMI, Tengku Ryo Rizqan, menyambut baik inisiatif program ini dalam mendorong penguatan tradisi melalui pendekatan teknologi. Ia juga menekankan bahwa kolaborasi antara akademisi dan komunitas lokal seperti ini, bisa direplikasi di daerah Melayu lainnya.
“Ini bukan hanya tentang alat, tapi soal keberpihakan terhadap warisan budaya. Kita butuh lebih banyak program semacam ini, agar budaya Melayu tidak sekadar dikenang, tapi terus hidup dan berkembang di tengah masyarakat,” tuturnya.