BOPM Wacana

Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah: Sajikan Isu “Fatherless” dalam Keluarga

Dark Mode | Moda Gelap
Salah satu adegan dalam film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah. | Sumber Istimewa
Salah satu adegan dalam film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah. | Sumber Istimewa

Oleh: Cyntia Lorena Br Tarigan 

Judul

Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah

Sutradara

Kuntz Agus

Pemeran

Ariyo Wahab, Bucek Depp, Sha Ine Febriyanti, Amanda Rawles, Eva Celia Latjuba, Nayla D. Purnama, Bintang Alvarendra Soemardi

Durasi

119 menit

Rilis

4 September 2025

Genre

Drama

Tersedia di

Cinema XXI, CGV, atau Cinepolis

 

“Jika ada kehidupan kedua, menikahlah dengan pria yang mengusahakanmu dan mencintaimu lebih dari apapun.”

Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah adalah sebuah film yang sebelum tayang sudah sangat dinantikan warganet. Pasalnya, film ini mengangkat tema perjuangan ibu, luka dalam keluarga, serta isu fatherless yang relevan dengan kehidupan nyata. Digambarkan bagaimana satu keputusan pernikahan dapat mempengaruhi nasib seluruh keluarga.

Berkisah tentang Alin, seorang mahasiswa Kedokteran yang tinggal bersama keluarganya di sebuah rumah dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Tiap hujan deras turun, atap rumah mereka selalu bocor sehingga harus sigap memindahkan barang-barang dan menadah air dengan ember. Dalam kondisi itu, sang ibu terpaksa menaiki genteng untuk memperbaikinya, sementara sang ayah yang baru pulang dari warung kopi bersikap acuh tak acuh, tak berniat membantu.

Keadaan semakin berat ketika beasiswa Alin terhenti. Hidup keluarganya kian terpuruk karena sang ayah terjerat hutang dan lebih sering menghabiskan waktu untuk merokok, judi online, serta bermalas-malasan di rumah. Padahal ibunya yang sakit-sakitan masih berjuang banting tulang demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Di tengah segala tekanan itu, Alin tetap harus fokus menyelesaikan skripsinya, sedangkan Irfan, kekasihnya, terus membujuk untuk segera menikah, sehingga menambah dilema dalam hidupnya. Alin menolak terburu-buru menikah karena ia khawatir mengulang pola pernikahan yang penuh tekanan, seperti yang dialami ibunya.

Menyadari beban dan kesulitan yang ditanggung ibunya akibat pernikahan dengan ayahnya, Alin mulai menilai kembali hubungannya sendiri dan meragukan apakah Irfan benar-benar pasangan yang tepat untuk dijalani bersama.

Klimaks cerita dimulai ketika Alin membuka buku harian ibunya yang berisi tentang kisah cinta pertamanya, mimpi-mimpi yang tak pernah terwujud, serta perjalanan berat dalam memilih pasangan hidup yang membawanya ke kondisi saat ini.

Dari halaman-halaman itu, Alin dibayangi dengan pertanyaan “Apakah hidup ibu akan lebih bahagia jika tidak menikah dengan ayah?” pertanyaan yang menyayat hati, membuat penonton merenung kembali arti sebuah pilihan hidup.

Merenungi keputusan menikah dan memilih pasangan bagi perempuan

Di tengah malam, mereka berkumpul di ruangan tamu tanpa kehadiran sang ayah. Sebelum terlelap, sang ibu bercerita dengan suara lirih. Ia mengatakan bahwa arti cinta buta adalah cinta seorang ibu kepada anaknya, karena sejak mengandung, ia sudah menyayangi buah hatinya meski belum pernah melihat wajahnya.

Di balik pernikahan, sang ibu justru tak pernah merasakan dukungan emosional dari suaminya. Ia terpaksa menjadi tulang punggung keluarga untuk mencukupi kebutuhan. Di hadapan anak-anaknya, ia berusaha tetap tegar, meski di dalam hati menyimpan lelah dan luka.

Kisahnya mencerminkan perjuangan banyak perempuan yang memilih bertahan dalam pernikahan penuh lika-liku demi anak. Meskipun tiap harinya harus dilalui dengan perasaan terluka dan beban batin.

Film ini memberi makna bahwa menikah tergesa-gesa bukanlah solusi, karena pernikahan yang tidak harmonis dapat meninggalkan luka bagi anak. Pernikahan bukan sekadar akad dan hidup bersama, melainkan tentang menciptakan ketenangan, rasa aman, dan kebahagiaan.

Secara penyajian, Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah berhasil membuat penonton tak kuasa menahan air mata karena kisahnya begitu dekat dengan kehidupan nyata. Meski penuh dengan konflik emosional, film ini juga dikemas dengan sedikit komedi yang berhasil membuat penonton tertawa.

Dari karakter Alin, kita bisa memetik pelajaran berharga tentang pentingnya berhati-hati dalam mengambil keputusan, terutama yang menyangkut pernikahan. Kisah ini menyadarkan kita bahwa pernikahan seharusnya lahir dari kesiapan dan komitmen, bukan dijadikan pelarian dari persoalan hidup.

Lebih dari sekadar kisah keluarga, film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah menyiratkan pesan sosial tentang ketidaksetaraan peran dalam rumah tangga. Tidak sedikit perempuan yang akhirnya harus menanggung beban paling besar ketika pernikahan tidak berjalan harmonis.

Sementara sebagian laki-laki kerap lalai dalam menjalankan tanggung jawabnya. Perempuan tetap dituntut untuk mengurus anak sekaligus menjaga keutuhan keluarga. Gambaran ini mengingatkan kita bahwa kehidupan rumah tangga tidak cukup hanya dilandasi cinta, melainkan juga perlu komitmen dan pembagian tanggung jawab yang seimbang.

Komentar Facebook Anda

Cyntia Lorena Br Tarigan

Penulis adalah Mahasiswa Administrasi Publik FISIP USU Stambuk 2023. Saat ini Cyntia menjabat sebagai Staf PSDM BOPM Wacana.

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4

AYO DUKUNG BOPM WACANA!

 

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan media yang dikelola secara mandiri oleh mahasiswa USU.
Mari dukung independensi Pers Mahasiswa dengan berdonasi melalui cara pindai/tekan kode QR di atas!

*Mulai dengan minimal Rp10 ribu, Kamu telah berkontribusi pada gerakan kemandirian Pers Mahasiswa.

*Sekilas tentang BOPM Wacana dapat Kamu lihat pada laman "Tentang Kami" di situs ini.

*Seluruh donasi akan dimanfaatkan guna menunjang kerja-kerja jurnalisme publik BOPM Wacana.

#PersMahasiswaBukanHumasKampus