
Oleh: Reza Anggi Riziqo
Engkau yang di utara.
Simpul-simpul rasa telah engkau putuskan.
Namun tunas cinta dalam jiwa masih tetap ku pupuk dan ku siram.
Berharap kan mekar seperti dulu kala.
Temali dunia memberimu dua cawan pasca peristiwa itu.
Satu dipenuhi racun dengan sejuta pahit keburukan diriku.
Satu berisi gumpalan air mata yang aku tampung.
Saat mengenang dirimu di tiap-tiap malam kelam.
Racun pun kau tenggak.
Tetesan air mata engkau sisihkan.
Tak apa, semua punya hak pada tiap pilihan yang semesta tawarkan.
Maaf Laylaku.
Bisakah engkau hentikan derasnya rindu ini?
Aku bukanlah Majnun yang sanggup bernafas di tengah gersangnya gurun.
Bisakah engkau kembali?
Aku berjanji akan melampaui tiap kesalahan yang pernah terlaksana.
Keluarlah sayangku, sadarlah dari racun yang telah kau tenggak.